Hukum & Kriminal

Penjual Miras yang Akibatkan Tiga Pelajar Papua Meninggal sudah Ditangkap

Foto ketiga korban yang meninggal akibat miras (Foto Istimewa)

MIMIKA, BM

Pemilik tempat jualan minuman keras (miras) yang kemudian dibeli dan dikonsumsi oleh tiga mahasiswa asal Papua telah ditangkap Polres Salatiga.

Reymond Nirigi, mahasiswa asal Mimika yang juga mengenyam pendidikan di Salatiga ketika dihubungi BeritaMimika menyampaikan hal ini lewat telepon seluler.

Kepada BM, Reymond juga mengisahkan ada informasi yang tidak benar terkait dengan nama mahasiswa yang meninggal karena ada yang masih dirawat.

Ketiga mahasiswa yang meninggal karena miras ini, dua diantaranya merupakan mahasiswa asal Mimika sementara satu lainnya dari Pegunungan Bintang.

Mahasiswa asal Mimika adalah almarhum Ovni Waker meninggal pada Rabu (10/3) pukul 23.35 Wib dan Rudolf Carlos Kelanangame pada Kamis (11/3) pukul 19.00 Wib. Keduanya meninggal di RSUD Salatiga.

Sementara almarhum Marfino Sipka yang adalah mahasiswa asal Pegunungan Bintang meninggal di RS Puri Asih, Jumat (12/3) pukul 01.00 Wib.

"Kami sore tadi sudah dari Polres Salatiga bersama pihak kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Yayasan Binterbusi dan perwakilan mahasiswa Papua. Polisi jelaskan ke kami tentang asal mula persoalan ini bersama barang bukti yang sudah mereka amankan," ujar Remon kepada BM.

Menurut Reymond, berdasarkan keterangan polisi, almarhum Rudolf Carlos Kelanangame dan almarhum Ovni Waker bersama beberapa rekannya mengkonsumsi 12 botol minuman keras dengan berbagai merek.

Adapun barang bukti (BB) yang sudah diambil polisi diantaranya miras jenis kawa anggur merah (1 botol), orangtua anggur merah (2), kapten morgan (2 botol), javan anggur merah (2 botol), whiski (1 botol), anggur merah gold (1 botol) dan 2 minuman sprite yang digunakan sebagai soda.

"Sebelumnya kami dan polisi sudah ke TKP di kos adek Ovni Waker dan menemukan 12 BB. Polisi sudah buatkan police line di kos termasuk tempat jual miras dan sudah menangkap penjual miras," jelasnya.

Nirigi kemudian menceritakan secara terperinci kronologis ketiganya meregang nyawa kepada BM. Ia mengurutkan, awal mula kejadian dimulai ketika almarhum Ovni Waker yang merupakan korban pertama membeli 2 bungkus supermi.

Usai membeli supermi ia kemudian menuju kosan rekannya yakni Barley Wandikbo. Disitu ia kemudian memasak dan makan supermi yang dibelinya. Setelah makan, keduanya menuju ke kosan tempat tinggal Herman Kogoya.

"Ade-ade ini ada punya kelompok buat sinopsis cerita pendek sehingga mereka baku kontak dengan teman yang lain dan akhinya kumpul disana," ujarnya.

Di kos-kosan ini juga ditempati anak-anak Papua yang lain. Setelah keduanya tiba, tidak lama berselang Rudolf Carlos Kelanangame juga tiba.

"Adek Rudolf muncul dan dia kemudian dengan Ovni satu kamar. Sementara Barley, Herman Kogoya dan Kristo satu kamar. Kristo ini adek almarhum Rudolf," ungkapnya.

Berselang satu jam kemudian, mereka putuskan mau mengkonsumsi minuman keras. Kemudian diputuskan Ovni Waker dan Rudolf Kalangame keluar mencarinya. Setengah jam kemudian keduanya kembali ke kos dengan membawa dua botol minuman jenis kapten morgan.

"Mereka masuk dan duduk minum disitu. Kristo yang adalah adik almarhum tidak minum karena dia sedang sakit. Mereka yang lain minum kemudian mulai baku kontak teman yang lain untuk datang. Tidak lama kemudian datang satu adek namanya Bryan tapi dia datang dengan pacarnya," kisahnya.

Dikatakan dalam kosan itu kemudian ada 8 orang namun satu orang yakni Kristo tidak minum. Selang beberapa saat, Bryan bersama kekasihnya pamit. Disaat bersamaan, datang salah satu mahasiswa lainnya bernama Sakapian Nirigi dan langsung ikut bergabung.

"Jadi jumlah mereka ada 7 orang disitu yakni Barley, Wandikbo, Herman, Krsito dan Sakapian. Mereka minum dan dipertengahan Sakapian balik. Mereka lain lanjut sedangkan Herman Kogoya sudah tertidur. Minuman habis sehingga Ovni dan Rudolf keluar beli lagi sampai 12 botol," ungkapnya.

Setelah selesai meminum minuman keras dari Selasa (9/3) malam, Rabu (10/3) pagi merekapun bubar kembali ke kosan masing-masing.

"Setelah bubar, pas sore hari Ovni Waker mulai merasakan gejalanya. Menurut ade-ade disitu dia mulai teriak-teriak sendiri dari dalam kamar. Mereka kira dia lapar jadi mau masak mie buat dia tapi dia bilang dadanya panas. Mereka kemudian gosok minyak kayu putih di dadanya namun dia juga rasa sesak nafas dan dibawah ke RSUD Salatiga. Kamis malam pukul 23.35 Wit, kami dengar informasi dia sudah meninggal," ungkapnya.

Pada saat di rumah duka, Rudolf Kelanangame juga ada bersama mereka. Namun Remon Nirigi menuturkan bahwa ia tidak menceritakan bahwa ia dan almarhum bersama rekannya yang lain sebelumnya sudah mengkonsumsi minuman keras.

"Rudolf dia diam saja dan tidak cerita. Kami dari kamar mayat kemudian ke rumah duka di Salatiga. Sekitar jam 12, Rudolf bilang dia sudah tidak kuat. Matanya kabur dan pusing jadi salah satu teman nama Roni Wanmang antar dia ke RSUD. Sampai di RSUD Salatiga, sekitar empat jam kemudian dia juga meninggal dunia," ujarnya dengan nada sedih.

Setelah Rudolf Kelanangame meninggal dunia, mahasiswa Mimika dan Papua di Salatiga terutama para senior mulai merasa bahwa ada yang tidak beres.

Hal ini dilihat dari rekam sakit yang mereka alami yakni penglihatan kabur, sesak nafas, kejang-kejang dan kemudian meninggal walau sudah diserahkan ke pihak medis.

"Kami semua mulai curiga ada yang tidak beres. Saya jalan kumpul adek-adek dan cari tahu kronologisnya. Saya kemudian dapat cerita ini dari Barley Wandikbo. Dia ceritakan semuanya dari awal," ujarnya.

Sementara itu menurut Nirigi, almarhum Marfino Sipka yang adalah mahasiswa asal Pegunungan Bintang juga meninggal akibat minuman keras namun ia mengkonsumsinya di tempat yang berbeda dengan dua mahasiswa Mimika yang meninggal.

"Almarhum Marfino Sipka tidak gabung dengan adek-adek ini tapi dia juga beli minuman di tempat yang sama dengan mereka. Jenasanya sudah berangkat sementara jenasa dua adek kita sore tadi sudah diberangkatkan ke Jakarta dan tiba besok (Sabtu-red) di Mimika," ungkapnya.

Ia juga menuturkan bahwa empat mahasiswa lainnya yang ikut meminum minuman keras bersama almarhum Ovni Waker dan almarhum Rudolf Carlos Kelanangame kini sedang dalam perawatan.

"Sakapian dan Herman saat ini sedang dirawat di RSUD Salatiga sementara Barley dan Bryan rawat di rumah. Kita mohon doa dari semua masyarakat Mimika agar mereka cepat pulih," harapnya.

Reymond Nirigi bersama seluruh mahasiswa YPMAK dan Yayasan Binterbusi Serta Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Papua se-Jawa Tengah berharap agar ketika jenasa kedua adek mereka tiba di Mimika, pihak YPMAK yang harus menerimanya sebelum diserahkan pihak keluarga masing-masing.

"Kami harap pihak YPMAK yang membiayai adek-adek kami ini agar besok mereka yang terima jenasa di bandara. Mereka terima baru serahkan ke keluarga sekaligus menceritakan semua kronologis kejadian ini kepada keluarga agar mereka tahu kondisi dan cerita sebenarnya supaya jangan sampai meninggalkan opini atau persoalan lain yang simpang siur tentang situasi dan kejadian ini," ungkapnya berharap.

Sebelum BM menghubungi Reymond Nirigi, BM terlebih dulu melakukan komunikasi dengan Humas YPMAK di Timika dan Bapak Dr Paul Sudiyo, Ketua Yayasan Binterbusi yang selama ini mengurusi anak-anak Mimika yang melanjutkan pendidikan atas biaya YPMAK di Semarang, Salatiga dan sekitarnya.

"Ketiga anak-anak ini merupakan mahasisa di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Saya juga tahu kronologis ini dari Reymond Nirigi. Dia yang laporkan dan beritahu ke saya. Nanti saya kirim nomor dia dan langsung komunikasi karena dia lebih tahu semua kronologis kejadian ini. Segala yang berhubungan dengan kepulangan jenasa ke Timika dan lain-lain sudah kami siapkan," ungkapnya kepada BM sore tadi. (Ronald)

Ketua DPRD Minta Pelaku Penembakan Warga Diusut

Foto bersama ketua DPRD, bupati, wakil bupati, sekda dan TNI-Polri usai penyerahan DPA Tahun Anggaran 2021, Rabu (10/3) 

MIMIKA, BM

Hingga kini belum diketahui siapa pelaku penembakan terhadap Andreas yang kini dirawat di RSUD Mimika akibat kejadian di Depo Jober Pertamina Pomako pada Minggu (7/3) malam.

Ketua DPRD Mimika, Robby Omaleng meminta agar pelaku penembakan segera ditemukan walau kondisi korban di RSUD kini semakin membaik.

Robby juga menyayangkan kejadian itu karena berawal dari minuman keras. Ia meminta agar proses hukum terkait persoalan ini juga harus ditegakan.

"Masalah ini terjadi akibat daripada miras. Jika ada unsur kesengajaan dalam kasus penembakan ini maka harus ada proses hukum, termasuk yang mengedarkan miras," tegasnya.

Menurutnya, tidak semua masalah harus berakhir dengan kekerasan. Siapapun yang melakukan kekerasan terhadap orang lain, baik itu masyarakat maupun anggota TNI Polri maka harus dijerat dengan hukum yang berlaku.

"Tidak boleh saling lempar dan membuat masalah semakin rumit tentang siapa yang menembak, namun sama-sama bagimana mencari solusi dengan melakukan pendekatan secara kekeluargaan untuk menyelesaikan persoalan. Setiap institusi punya aturan ini," terangnya.

Robby juga meminta masyarakat agar tidak terprovokasi dengan berbagai keadaan yang ada apalagi sampai menciptakan instabilitas. Masyarakat juga diminta untuk tidak main hakim sendiri jika ada chaos diantara masyarakat.

"Masalah itu selalu ada namun masalah bisa dihadapi dengan pendekatan keluarga. Jangan ada apa-apa sedikit langsung jadi ribut besar. Jika ada masalah hukum maka siapapun yang melakukan itu harus diproses sesuai hukum. Saya berharap agar kita semua bisa menjaga Mimika untuk selalu damai," tandasnya.

Polres Mimika Telah Memeriksa Saksi Kejadian

Satuan Reserse dan Kriminal Polres Mimika, telah memeriksa sejumlah saksi terkait kejadian rusuh malam itu.

Waka Polres Mimika Komisaris Polisi Sarraju mengatakan polisi telah melakukan pemeriksaan terhadap 6 orang pelaku penganiayaan Soter Moperteyau.

"Tim reserse sudah memeriksa enam orang terkait kejadian yang pertama. Selain itu ada juga beberapa orang yang diperiksa untuk kita galih kepastian kejadian itu agar lebih jelas supaya tidak menjadi isu yang semakin liar sekan-akan itu menjadi suatu kebenaran," ungkapnya.

Dikatakan kondisi di Pomako terutama di Kampung Asmat sudah kembali normal. Walau demikian pihaknya masih terus melakukan monitoring situasi.

Sejumlah anggota kepolisian dari Polsek Mimika Timur, Polsek Kawasan Pelabuhan Pomako serta Satuan Polisi Perairan dan Udara tengah ditempatkan di wilayah ini sehingga situasi dapat kembali kondusif seperti biasanya.

"Situasi sudah normal, aktifitas kendaraan dari Pomako ke Timika dan sebaliknya juga sudah normal. Sejauh ini kami terus membangun komunikasi dengan warga di sana supaya kita sama-sama menjaga situasi tetap kondusif," ujarnya.

Sementara itu terkait dengan persoalan hukum, Sarraju menegaskan siapapun yang terlibat dalam pelanggaran hukum maka akan diproses baik perorangan maupun kelompok.

"Jika ada perbuatan yang kategorinya melanggar hukum maka tugas kami sebagai kepolisian akan menindaklanjuti secara hukum. Kalau nanti ada hal-hal yang terkait dengan penanganan hukum yang memiliki ketentuan hukum tersendiri maka akan dikembalikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan," ungkapnya.

Sementara itu Direktur RSUD Mimika, dr Anton Pasulu mengatakan bahwa kondisi Andreas perlahan mulai membaik.

"Kami terus lakukan penanganan dan tindakan medis sehingga kondisi korban sudah stabil namun masih dalam perawatan," ujar dr Anton. (Ronald)

Danyon 754 Raider Tegaskan Anggotanya Bukan Pelaku Penembakan

Komandan Yonif (Danyon) Raider 754 Kostrad, Mayor Inf Doni Firmansyah saat menyampaikan press release

MIMIKA, BM

Komandan Yonif (Danyon) Raider 754 Kostrad, Mayor Inf Doni Firmansyah menjawab opini yang berkembang bahwa prajuritnya yang melakukan penembakan terhadap Andreas, Warga Poumako yang kini sedang di rawat di RSUD.

Klarifikasi ini ia sampaikan melalui Press Release kepada media di Timika di Mako Yonif 754/ENK, Selasa (9/3).

"Terkait masalah penembakan, saya yakin dan percaya anak-anak saya tidak melakukan itu," tegasnya.

Dijelaskan bahwa saat merespon laporan seorang masyarakat, 10 anggotanya dari Kompi C Raider 754 Kostrad langsung ke TKP. Dari 10 anggota ini, hanya satu perwira yang ikut dan membawa senjata api jenis SS2.

"Senjatanya sudah diamankan dan kami sudah lakukan protap prosedur pemeriksaan amunisi, kondisinya masih press. Tidak ada bekas untuk mengeluarkan letusan. Amunisinya masih lengkap dan saya masih meyakini bahwa anggota saya tidak melakukan penembakan itu," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa tiap satu butir peluru yang dikeluarkan atau digunakan anggota wajib dipertanggungjawabkan dan dibuat laporannya.

"Satu butir peluru yang keluar harus ada laporan. Saya sudah laksanakan pengecekan jumlahnya masih tetap," ungkapnya sekali lagi.

Danyon Doni juga mengatakan bahwa pihaknya bersama satuan kewilayaan Kodim 1710 dan Polres Mimika kni tengah dilakukan penyelidikan dan penyidikan guna mendapatkan kepastian informasi tersebut.

"Kami masih mencari karena proyektilnya belum ditemukan karena tidak bersarang di tubuh. Kondisinya tembus dan saat di RSUD tidak ditemukan. Kami sedang menyelidiki hal ini," ujarnya.

Kepada masyarakat, Danyon Doni Firmansyah mengatakan agar warga tetap percaya kepada Pemerintah Daerah, Kodim 1710, Polres Mimika dan Raider 754 Kostrad dalam menyelesaikan persoalan ini.

"Kami dari batalyon terus berupaya membantu proses peneyilidikan terkait kasus ini hingga terang berderang berdasarkan bukti nyata siapa yang melakukan penembakan tersebut," tegasnya. (Ronald)

Top